Latar Belakang Intergrasi-Interkoneksi
Paradigma
Integrasi-interkoneksi itu muncul karena adanya dikotomi pendidikan agama sains,
dan filsafat. Selain itu disebabkan oleh perilaku manusia yang berperilaku
tidak pada mestinya. Ditambah pula krisis lingkungan energi dan lain lain.
Faktanya dikotomi pendidikan lah yang menjadi pangkal dari segala faktor
munculnya paradigma integrasi-interkoneksi. Dengan adanya paradigma
integrasi-interkoneksi ini diharapkan mampu mencapai keterpaduan antara
pedidikan agama, sains, dan filsafat.
Segala krisis dapat teratasi atau paling tidak berkurang.
Pengertian,
Tujuan, dan Harapan Integrasi-Interkoneksi
Apa itu integrasi-interkoneksi?
Integrasi-interkoneksi dalah suatu paradigma, pendekatan, sebagai upaya
mempertemukan ilmu agama (Islam), dengan ilmu-ilmu umum dengan filsafat. Salah
satu universitas yang menggunakan paradigma ini adalah Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta. UIN Sunan Kalijaga menggunakan pedoman ini untuk
menyatukan ilmu umum/sains, agama dan filsafat agar bias tercapai kesatuan ilmu
yang intergratif dan interkonektif. Prof. H. Amin Abdullah adalah tokoh penggagas
integrasi di UIN Sunan Kalijaga. Integrasi-interkoneksi keilmuan diemban
sebagai visi dan misi dari UIN Sunan Kalijaga sebagai awal perubahan atau
transformasi dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga menjadi UIN
Sunan Kalijaga pada tahun 2004. Dialog keilmuan yang bersifat
integrasi-interkoneksi dilakukan dalam wilayah internal ilmu-ilmu keislaman,
juga dikembangkan integrasi-interkoneksi ilmu-ilmu keislaman dengan ilmu umum.
Diantara ilmu umum dan ilmu keislaman menyadari akan keterbatasan pada
masing-masing ilmu. Oleh karena itu perlu adanya dialog diantara keduanya,
kerjasama, guna melengkapi kekurangan pada masing-masing ilmu jika
masing-masing berdiri sendiri. Paradigma integrasi-interkoneksi ini diharapakan
mampu mendialogkan segitiga keilmuan UIN Sunan Kalijaga yang dikenal dengan
sudut hadarah al-nas, hadarah al-‘ilm,
dan hadarah al-falsafah. Sehingga semua matakuliah yang disampaikan dan dikembangkan
di UIN Sunan Kalijaga harus mencerminkan sebuah keilmuan yang terpadu. Saling
menunjang diantara ketiga entitas keilmuan yang ada (pengembangan keilmuan
tidak secara dikotomis). Selain itu, integrasi-interkoneksi diharapkan mampu
menjadi solusi dari berbagai krisis yang melanda manusia dan alam dewasa ini
sebagai akibat dari ketidakpedulian suatu ilmu terhadap ilmu yang lain.
Landasan Integrasi-Interkoneksi
Ada beberapa landasan dalam membangun integrasi-interkoneksi,
diantaranya, normative-teologis, filosofis, kultural, sosiologis, psikologis,
historis.
·
Landasan Normatif-teologis
Cara
memahami sesauatu dengan menggunakan ajaran yang diyakini berasal dari Tuhan.
Bersifat mutlak. Al-Qur’an dan Al-Sunnah tidak membedakan antara ilmu-ilmu
agama (Islam) dan ilmu-ilmu umum (sains-teknologi dan sosial humaniora)
·
Landasan filosofis
Perpaduan
antara ilmu agama dan ilmu umum diharapkan mampu memahami kompleksitas
kehidupan manusia
·
Landasan cultural
Pendidikan
tidak boleh mengabaikan budaya (potensi) local. Jika budaya atau potensi local
tidak dijadikan basis pengembangan keilmuan maka akan terjadi proses elitism
ilmu, sehingga ilmu menjadi kurang berfungsi dalam kehidupan nyata.
·
Landasan sosiologis
Landasan
sosiologis ini muncul karena adanya anggapan lulusan Universitas Islam atau UIN
Sunan Kalijaga kurang mampu menyelesaikan masalah masyarakat. Dengan paradigma
integrasi interkoneksi para lulusan Universitas Islam atau UIN Sunan Kalijaga
mampu menyelesaikan masalah masyarakat
·
Landasan psikologi
Adanya
pembacaan parsial dapat menyebabkan perpecahan kepribadian, oleh karena itu
adanya landasan Psikologis diharapkan mengubah menjadi pembacaan secara terpadu
dan menyeluruh memperkuat kepribadian.
·
Landasan historis
Pada
abad modern tekanan dari ilmu-ilmu agama muolai berkurang, bahkan hampir tidak
ada. Ilmu umum mampu berkembang pesat, namun mengabaikan norma-norma agama dan
etika kemanusiaan. Diharapkan hubungan ilmu agama dan ilmu umum meningkat, dari
kompak menjadi sejahtera dan mencapai puncak lestari.
Ranah
Integrasi-Interkoneksi
1.
Ranah Materi
Muatan
dasar dari tiap disiplin ilmu (ilmu agama dan ilmu umum).
2.
Ranah Metodologi
Metode
pengembangan keilmuan tiap disiplin ilmu (ilmu agama dan
ilmu umum).
3.
Ranah Filosofi
Nilai
fundamental dari tiap disiplin ilmu
(ilmu agama dan ilmu umum).
Model
Integrasi Interkoneksi
·
Informatif
Suatu
disiplin ilmu perlu diperkaya dengan informasi yang dimiliki oleh disiplin ilmu
lain sehingga wawasan akivitas akademik semakin luas.
Contoh:
Ilmu Islam (Al-Qur’an) memberikan informasi kepada ilmu sains dan teknologi bahwa matahari
memancarkan cahaya sedangkan bulan memantulkan cahaya (Q.S. Yunus: 5)
·
Konfirmatif
Suatu
disiplin ilmu tertentu untuk dapat membangun teori yang kokoh perlu memperoleh
penegasan dari disiplin ilmu yang lain.
Contoh:
Informasi tentang tempat-tempat (manaazil) bulan dalam Q.S. Yunus: 5, dipertegas
oleh ilmu sains dan teknologi (orbit
bulan mengelilingi matahari berbentuk elips).
·
Korektif
Suatu
teori ikmu tertentu perlu dikonfrontir dengan ilmu agama atau sebaliknya,
sehingga yang satu dapat mengoreksi yang lain.
Contoh:
Teori Darwin yang mengatakan bahwa manusia dan kera berasal dari satu induk, dikoreksi oleh
Al-qur’an.
Alternatif Model Integrasi-Interkoneksi
1.
Paralelisasi: menyamakan konotasi dari
ilmu-ilmu yang berbeda
2.
Similarisasi: menyamakan teori-teori
dari ilmu-ilmu
3.
Komplementasi: Saling mengisi dan saling
memperkuat
4.
Komparasi: membandingkan konsep teori
diantara ilmu-ilmu
5.
Induktifikasi: mendukung teori ilmu
dengan instrumen dari ilmu lain
6.
Verifikasi: menunjang dengan penelitian
ilmiah ilmu satu dengan ilmu yang lain.
Referensi
:
Prof.H.Amin Abdullah dalam Munthe,
Bermawy, dkk. 2010. Sukses di Perguruan
Tinggi. Yogyakarta: Center for teaching Staff Development UIN Sunan
Kalijaga
Terkait : Kilas Balik Integrasi-Interkoneksi
Terkait : Kilas Balik Integrasi-Interkoneksi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar